Sisi Lain dari Budaya Kerja Gila

Beberapa hari terakhir ini saya membaca sebuah artikel di The New York Times yang berjudul ‘Why Are Young People Pretending to Love Work?’. Dari judulnya sudah jelas artikel ini membahas tentang anak muda sekarang yang sangat terobsesi dengan pekerjaan. Hal ini biasa disebut dengan ‘Hustle Culture’ atau dalam bahasa Indonesia disebut ‘Budaya Kerja Gila’. Kebiasaan ini muncul dikalangan anak muda sekarang selayaknya sebuah gaya hidup yang harus dipenuhi. Seakan – akan jika kamu bekerja terus menerus tanpa henti maka kamu menjadi kaya atau semua mimpi mimpi mu akan terwujud. Hal ini menjadi serius ketika budaya kerja gila menjadi sebuah candu.

Sebenarnya ketika kamu ingin mencapai sesuatu maka wajar kamu akan bekerja keras untuk mencapainya. Tetapi ketika kamu terus menerus bekerja keras tanpa henti ini mungkin akan berdampak pada mental dan kesehatanmu. Menurut saya, ketika seseorang terus – terusan bekerja tanpa henti, maka ia dapat mengalami burnout. Burnout adalah keadaan emosional, mental dan kelelahan fisik yang disebabkan stress yang berkepanjangan dan berulang. Tentu saja hal ini dapat mempengaruhi kualitas dari pekerjaan seseorang apabila merasakan burnout. Kesehatan mental dan fisik dapat menganggu aktivitas dalam bekerja. Terutama pada generasi sekarang kesehatan mental lebih mudah terserang dari pada kesehatan fisik. Dan tentu saja apabila seseorang merasa kesehatan mental nya terganggu maka ini berpengaruh pada kesehatan fisiknya. Selain dapat merasakan burnout, bukan kah dari workaholicsm ini ada beberapa pihak yang diuntungkan?, terlebih ketika kamu merupakan pekerja dari sebuah perusahaan. Sebagai contoh beberapa dari perusahaan memberikan slogan seperti “Don’t stop when you’re tired, Stop when you are done”. Bukankah slogan ini dapat mempengaruhi pemikiran pekerja? maka mereka akan tersugesti bahwa mereka tak harus berhenti sampai mereka merasa selesai. Hal ini mungkin lebih bertujuan untuk meningkatkan efisiensi atau keuntungan dari sebuah perusahaan itu sendiri. Terlebih beberapa perusahan memiliki banyak fasilitas yang memang disediakan didalam kantor atau di area sekitar kantor. Yang mana seakan – akan untuk memberi kenyamanan kepada pekerja, agar mereka merasa betah untuk bekerja lama – lama dikantor. Padahal ini sendiri lebih mengarah kepada keuntungan dari perusahaan itu sendiri.

Budaya kerja gila merupakan sebuah hal yang muncul pada beberapa tahun kebelakang. Dan banyak terjadi pada generasi muda saat ini dan mengarah kepada sebuah gaya hidup. Hal ini dapat berdampak seperti burnout dan menguntungkan pihak perusahaan itu sendiri. Maka dari itu, bekerjalah sewajarnya, apabila bekerja hanya untuk menjadi kaya atau menghasilkan banyak uang dan memiliki jabatan yang bagus, maka yang didapatkan hanya lelah dan stress dari pekerjaan itu sendiri.

Komentar

Postingan Populer